AWW Breeding Farm.451

AWW Breeding Farm.451 AWW Breeding Farm.451
Peranakan Ayam Bangkok,
Menthok,
Bebek,
Karkas(Ayam Kampung, Menthok, Bebek), Lele. . Ready Stok. .

Ready Stok Bebek Menthok.
05/02/2016

Ready Stok Bebek Menthok.

Mulai bertambah banyak seperti sedia kala. Ready Stok perawan perawan cantik. . .
05/02/2016

Mulai bertambah banyak seperti sedia kala. Ready Stok perawan perawan cantik. . .

09/11/2014

Kukuruyuk,

06/09/2014

Wah wah wah..
Kesel tenan dino iki.

28/11/2013

Ilmu Nutrisi Ternak
(Klasifikasi Bahan Pakan
Internasional)
Klasifikasi Bahan Pakan
Internasional
Kualitas bahan pakan ditentukan
oleh kandungan nutrien atau
komposisi kimianya. Berdasarkan
sifat karakteristik fisik dan
kimianya, serta penggunaannya
secara internasional bahan pakan
dibagi menjadi delapan kelas:
1. Hijauan Kering dan Jerami
Kelas ini mengikutsertakan
semua hijauan dan jerami yang
dipotongm serta produk lain yang
mengandung serat kasar lebih dari
18 % atau dinding sel yang lebih
dari 35 %. Hijaun kering (hay)dan
jerami padi termasuk dalam kelas
ini.Menurut Timan et al (1994)
bahan pakan yang termasuk dalam
kelas ini adalah semua hay
(hijauan kering, dry fodder (bagian
arial dari tanaman sorgum kering),
dry stoffer (bagian arial tanpa biji
dari tanaman jagung atau sorgum
kering) dan semua bahan makana
kering.
1.1. Jerami Padi
Jerami padi adalah bagian batang
tumbuh yang telah dipanen bulir-
bulir buah bersama atau tidak
dengan tangkainya dikurangi
dengan akar dan bagian batang
yang tertinggal. Jerami padi
merupakan sumber makanan
ruminansia. Menurut Hartadi
(1993) jerami padi menghasilkan
bahan kering sebanyak 86 %, abu
18,2%, ekstrak eter 1,5%, serat
kasar 30,9%,BETN 32,2%, protein
kasar 3,2%.
2. Pastura
Pastura merupakan tanaman
segar, hijauan segar. Semua
hijauan yang dipotong atau tidak
dan diberikan dalam keadaan
segar. Contoh: rumput, legum dan
rambanan. Yang termasuk dalam
pastura seperti centrosoma,
rumput raja, rumput gajah, enceng
gondok.
2.1. Centrosoma
Tanaman ini berasal dari
Amerika Selatan atau parrenial.
Ciri-ciri dari tanaman ini adalah
daun trifoliat, lebih runcing
dibanding puero dan calopo,
tumbuh membelit, menjalar atau
memanjat, berbungan kupu-kupu
besar warna ungu muda
kemerahan. Kandungan nutrisi
tanaman ini pada saat berbunga
adalah bahan kering 25%, abu
2,2%, ekstrak eter 0,9%, serat kasar
7,8%, BETN 8,6%, protein kasar
5,5%, protein tercerna 4,1%
(Hartadi, 1993).
2.2. Rumput Raja
Rumput raja adalah jenis
rumput baru yang belum banyak
dikenal, yang merupakan hasil
persilangan antara pennisetum
purpereum (rumput gajah) dengan
pennisetum tydoides, rumput ini
mudah ditanam, dapat tumbuh
dari dataran rendah hingga
dataran tinggi, menyukai tanah
subur dan curah hujan yang
merata sepanjang tahun. Produksi
rumput ini jauh lebih tinggi
dibandingkan rumput lainnya.
Kandungan nutrisi pada rumput
raja terdiri dari protein kasar
13,5%, lemak 3,5%, NDF 59,7%, abu
18,6%, kalsium 0,37%, fosfor 0,35%
(Hartadi, 1993).
2.3. Rumput Gajah
Rumput gajah sangat besar
hasilnya, cara menanamnya serupa
dengan rumput benggala dengan
jarak 60x60 cm. Tingginya juga
kira-kira sama dengan rumput
benggala, yakni 1,5-3 meter.
Tumbuh baik di daerah
pegunungan. Derajat kira-kira sama
dengan rumput benggala dan
rumput Australia. Bahan keringnya
mengandung 9,72% protein, 1,04%
lemak, 43,56% BETN, 27,54% serat
kasar dan 18,13% abu (Hartadi,
1993).
2.4. Enceng Gondok
Enceng gondok (Eichchornia
crassipes) adalah salah satu
tumbuhan air yang sering merusak
lingkungan danau dan sungai,
dapat menyumbat saluran irigasi,
mempercepat hilangnya air,
mencemari areal penangkapan
ikan. Enceng gondok tumbuh
dengan cepat sehingga perlu
dilakukan upaya untuk
menanganinya agar tidak
mengganggu dan merusak
lingkungan. Salah saru
alternatifnya dalah dimanfaatkan
sebagai bahan pakan. Kandungan
nutrisi enceng gondok adalah ......
3. Silase
Silase adalah hijauan yang
telah mengalami fermentasi
didalam silo secara anaerob, yang
mengandung bahan kering sebesar
30-40%. Hal ini sesuai dengan
pendapat Purbowati dan Rianto
(2009) yang menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan silase
adalah hijauan (jagung, rumput,
dan lain-lain) yang diperam selama
masa tertentu, misalnya 21 hari.
Dari hasil praktikum tidak ada
satupun bahan pakan yang masuk
dalam kelas ini, sehingga tidak
sesuai dengan buku manapun yang
menyebutkan bahwa yang termasuk
dalam kelas ini adalah hijauan
yang telah mengalami fermentasi.
Silase (silage) merupakan produk
fermentasi suatu bahan baku oleh
mikroorgisme yang dapat dijadikan
sebagai bahan pakan. Kelas ini
membatasi produk fermentasi yang
berasal dari hijauan, tetapi tidak
untuk silase ikan, biji-bijian, akar-
akaran dan umbi-umbian.
4. Sumber Energi
Bahan makanan dapat
dikatakan sebagai sumber energi
bila pada bahan makanan itu
unsur nutrisi terbesar yang
dikandungnya adalah energi dan
unsur lainnya kecil atau bersifat
melengkapinya saja (Soetisno,
1979). Bahan makanan sumber
energi berasal dari biji- bijian dan
limbah prosesing bijian itu,
(Anggorodi, 1994). Termasuk
kelompok ini adalah bahan –
bahan dengan protein kasar
dengan kurang dari 20% dan serat
kasar kurang dari 18% atau
dinding sel kurang dari 35% .
Kelompok serealia/ biji-bijian
(jagung, gandum, sorgum),
kelompok hasil sampingan serealia
(limbah penggilingan), kelompok
umbi (ketela rambat, ketela pohon,
dan hasil sampingannya). Yang
termasuk bahan pakan sumber
energi diantaranya adalah benih
padi, sorgum putih, sorgum coklat,
tepung daun pepaya, ampas
kelapa, biji bunga matahari, dedak,
biji jagung, tepung gaplek, millet
putih, onggok, tetes, bekatul.
4.1. Benih Padi
Benih padi pada bagian
terluar diselapui sekam, sekam
dibentuk dari jaringan berselulosa
dan berserat serta mengandung
kadar silika yang tinggi. Komponen
utama yang menyusun benih padi
antara lain karbohidrat 84,83%,
protein 9,78%, lemak 2,20%, serat
kasar 1,10%, abu 2,09% (Sadjad,
1987).
4.2. Sorgum Putih dan Coklat
Sorgum merupakan salah
satu tanaman bahan pakan,
termasuk famili Graminae. Biji
shorgum ada yang tertutup rapat
oleh sekam yang liat, ada p**a
yang tertutup sebagian, atau tidak
tertutup sama sekali. Kandungan
nutrisi dalam shorgum adalah
1,95% abu; 2,4% serat kasar; 69,2%
BETN; dan 9,6 protein kasar,
Hartadi, 1993).
4.3. Tepung Daun Pepaya
Berdasarkan hasil praktikum,
tepung daun pepaya termasuk
dalam sumber energi karena
potensi protein kasar yang
terkandung adalah 21-27%. Hal ini
tidak sesuai dengan pendapat
Lubis (1992) yang mengungkapkan
bahwa sumber energi merupakan
bahan pakan yang memiliki
kandungan protein kasar kurang
dari 20% dengan konsentrasi serat
kasar dibawah 18%. Akan tetapi
tepung daun papaya tetap dapat
di masukkan dalam kelas sumber
energi meskipun kandungan
protein kasarnya di atas standar
karena dapat diamnfaatkan
terutama untuk penyusunan pakan
ternak pedaging serta
penggunaannya untuk komposisi
pakan ternak unggas hanya
terbatas sekitar 2-5% terutama
untuk menghindari pengaruh
buruk. Menurut hasil praktikum
maka tepung daun papaya
memiliki bentuk serbuk, berwarna
hijau, berbau apek, rasa hambar
serta zat antinutrisinya berupa
mimosin. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Rasyaf (1994)
yang menyatakan bahwa daun
papaya yang mengandung zat
pepsin merupakan enzim yang bisa
memperbaiki karkas daging ternak
unggas.
4.4. Onggok
Berdasarkan hasil praktikum,
onggok termasuk dalam sumber
energi karena Kadar protein dapat
dicerna sebesar 0,6% dan martabat
patinya 76%. Hal ini sesuai dengan
pendapat Soelistiyono (1976)
bahwa susunan zat makanannya
berupa 18% air; 0,8% PK; 76%
BETN; 2,2% SK; 0,2% L; 2,5% abu.
Onggok memiliki bentuk butiran,
warna cokelat, tidak berbau, rasa
hambar, serta memiliki zat
antinutrisi berupa mimosin.
Onggok merupakan hasil samping
dari pembuatan tapioka ubi kayu
yang berwarna putih sehingga
kandungan proteinnya rendah
yaitu kurang dari 5%. Anonim
(2009) menambahkan bahwa
onggok yang terfermentasi dapat
digunakan sebagai bahan baku
pakan ternak terutama ternak
unggas.
4.5. Bekatul
Berdasarkan hasil praktikum,
bekatul termasuk dalam sumber
energi karena bekatul mengandung
zat anti nutrisi seperti kitin,
hemoglutinin dan anti tripsin. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat
Wahju (1992) bahwa bekatul juga
mengandung calcium-fosfor dan Zn-
filtrat yang tinggi. Bekatul memiliki
bentuk serbuk, berwarna cokelat
keputihan, bau khas, rasa hambar
dan zat anti nutrisi yang dimiliki
adalah oxalat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rasyaf (1994)
bahwa bekatul adalah pakan
sumber energi yang merupakan
hasil samping pertanian.
4.6. Tetes
Berdasarkan hasil praktikum, tetes
adalah bahan pakan yang
tergolong dalam kelas sumber
energi. Tetes berbentuk cair,
berwarna hitam, bau seperti kecap,
rasa manis dan memiliki zat
antinutrisi berupa mimosin.
Penggunan dalam penyusunan
pakan ternak terbatas sekitar 5%
dari komposisi pakan. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Rasyaf
(1994) yang menyatakan bahwa bila
terlalu banyak pemakaiannnya
akan menyebabkan feses (kotoran)
ternak ungaas menjadi basah.
Kadar protein indeks rendah, tapi
cukup potensial sebagai sumber
energi.
4.3. Biji Bunga Matahari
Biji yang diambil dari bunga
matahari yang telah dikeringkan.
Biji bunga matahari terdapat
kangungan beta sistospostesterol
prostagladin E, asam clorogenik,
asam khuinat, khitin, dan tiga
sampai empat bhenzo pirin. Dalam
setiap 100 gr biji bunga matahari
terdapat lemak dengan total 100,
yang terdiri dari lemak jenuh 9,8,
dan lemak tak jenuh 11,7.
Selebihnya terdapat asam linoleat
sebanyak 72,9 dan sisanya tidak
mengandung kolesterol (Hendroko,
2008).
4.4. Dedak
Dedak merupakan hasil ikutan
beras yang telah mengalami proses
(Murtidjo, 1991). Dedak merupakan
limbah dalam proses pengolahan
gabah menjadi beras yang
mengandung “bagian luar” beras
yang tidak terbawa, tetapi
bercampur p**a dengan bagian
penutup beras itu. Hal inilah yang
mempengaruhi tinggi atau
rendahnya kandungan serat kasar
dedak. Berdasarkan mutu dedak
padi, dapat dibagi dalam tiga kelas
yaitu dedak kasar, dedak lunteh
(halus) dan bekatul (Anggorodi,
1994).
Kandungan nutrisi dedak adalah PK
12%, lemak 13%, serat kasar 12%,
abu 10,1%, 41,9% BETN (Hartadi,
1993). Dedak kasar ini sebenarnya
terdiri atas pecahan-pecahan kulit
gabah yang masih tercampur
dengan sedikit bahan yang berasal
dari berasnya sendiridan berwarna
kuning cerah. Dedak kasar yang
sungguh-sungguh kering
mengandung rata-rata 10,6% air;
4,1% protein; 32,4% BETN; 35,3%
serat kasar; 1,6% lemak; 16% abu,
kadar protein dapat dicerna 2,8%
dan martabat patinya 19%
(Soetisno, 1979).
4.5. Biji Jagung
Kandungan nutrisi jagung kuning
adalah karbohidrat (terutama pati
80% dari bahan kering), protein
15% dari bahan kering dan lemak
15,5% dari bahan kering dan air.
Jagung kuning merupakan jenis
dari sereals, berwarna kuning yang
mempunyai kandungan lisin dan
protein yang lebih tinggi daripada
gandum. Jagung kuning disamping
mengandung karoten, juga menjadi
sumber energi dalam ransum.
Jagung mengandung kadar
triptofan yang rendah sedangkan
yang paling rendah adalah kadar
metioninnya dan lisin. Kandungan
nutrisi jagung kuning adalah 1,7%
abu, 2,2% SK, 68,6% BETN dan
8,9% PK (Hartadi, 1993).
4.6. Tepung Gaplek
Bentuk serbuk dengan tekstur
halus dan berwarna putih,
berfungsi sebagai penghasil energi.
Gaplek adalah hasil awetan ubi
kayu dengan pengeringan yaitu
dengan dikupas, dan dipotong-
potong kemudian dikeringkan
denngan sinar matahari. Gaplek
terdiri dari 13 5 air, 2,6% protein,
18,4% BETN, 3,6% serat kasar, 1%
lemak, 1,4% abu, 2,1% protein
tercerna (Hartadi, 1993).
4.7. Millet Putih
Millet merupakan tanaman rumput-
rumputan dari genus penicum,
berupa serealia dan berbiji kecil.
Biji tersusun rapat dalam berbagai
ukuran berbentuk gada, silindris,
atau runcing pada salah satu atau
kedua ujungnya. Biji millet paling
banyak di jual di pasar burung.
Bentuk biji ini kecil bulat,
mengkilat dan bagian ujungnya
runcing. Millet merupakan
tanaman sebangsa rumput
Panicum miliacum dan Panicum
romosom. Warna bijinya coklat
kemerah-merahan. Komposisi
bahan pakan millet adalah 3,24%
abu, 8,11% SK, 61,18% BETN dan
3,99% lemak (Hartadi, 1993).
Selanjutnya ditambahkan Murtidjo
(1987), bagian biji millet
merupakan penyedia pakan ternak
yang kandungan protein nabati
terutama asam amino sistein dapat
mencapai kadar 56,8%.
5. Sumber Protein
Sumber protein merupakan segal
pakan yang mengandung protein
kasar 20% yang terdapat pada
hewan maupun tanaman. Dari
hasil praktikum terdapat beberapa
bahan pakan yang masuk dalam
kelas ini antara lain adalah kacang
tanah, bungkil kelapa, tepung
daun turi dan lainnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Purbowati
dan Rianto (2009) yang menyatakan
bahwayang termasuk dalam
kelompok ini adalah bahan pakan
yang mengandung protein kasar
20%atau lebih. Misalnya, bahan
pakan yang berasal dari hewan
(termasuk bahan yang disilase),
bungkil-bungkilan dan beberapa
bahan lain. Semisal bungkil kelapa,
bungkil kelapa adalah limbah dari
pembuatan minyak kelapa yang
merupakan bahan makanan yang
biasa diberikan kepada ternak.
Bungkil kelapa ini mempunyai
kandungan gizi yang cukup,
misalnya adalah protein 17,09%
dan kandungan gizi lainnya. Hal
ini sesuai dengan pendapat
Alamsyah (2005) yang menyatakan
bahwa bungkil kelapa adalah
ampas dari proses pembuatan
minyak kelapa. Kandungan gizinya
antara lain lemak 9,44%, protein
17,09%, karbohidrat 23,77%, abu
5,92%, serat kasar 30,4% dan air
13,35%.
5.1. Top Mix
Topmix adalah supplemen vitamin,
mineral, asam amino dan antibiotik
atau pengobatan dari keempatnya.
Penggunaan topmix mutlak
diperlukan jika kandungan nutrisi
tersebut dalam pakan tidak
lengkap atau tidak mencukupi. Hal
tersebut sesuai denagn pendapat
Tillman et al (1991) bahwa topmix
mengandung komposisi vitamin
asm amino, mineral dan pemicu
pertumbuhan.
5.2. Kulit Kacang Tanah
5.3. Kulit Ari Tempe
Mengandung vitamin B1 1,5-6,3
mg, besi 9,9 mg, tembaga 2,87 mg,
seng 8,05 mg.
5.4. Tepung Turi
Tepung daun turi digunakan
sebagai pakan ayam. Daun turi
yang berwarna merah mengandung
kadar protein sekitar 31,68%,
sedangkan daun turi berbunga
putih mengandung kadar protein
40,62%. Kandungan lemak pada
daun turi sebesar 4,73%,
karbohidrat 21,30%, abu 20,45%,
serat kasar 14,01% dan air 11,97%
(Hartadi, 1993).
5.5. Biji Kacang Hijau
Kacang hijau adalah sejenis
tanaman budidaya dan palawija
yang dikenal luas di daerah
tropika. Tumbuhan yang termasuk
suku polong-polongan (Fabaceae)
ini memiliki banyak manfaat dalam
kehidupan sehari-hari sebagai
sumber bahan pangan berprotein
nabati tinggi.Kandungan yang ada
pada kacang hijau antara lain:
kandungan energinya 2220 kkal/kg,
kandungan protein 21,30%,
kandungan serat kasar 4,50%,
lemak 0,90%, kandungan Ca 0,10%
(Rasyaf, 1992).
5.6. Biji Kacang Tanah
Biji kacang tanah mempunyai kalori
452, protein 25,30 gr, lemak 42,82
gr,karbohidrat 21,10 gr, fosfor 335
mg, zat besi 1,30 mg, vitamin B1
0,30 mg, Vitamin C 3,00 mg, Air
4,00 mg.
5.7. Tepung Ikan
Tepung ikan adalah sumber protein
yang sangat baik untuk unggas,
karena mengandung asam-asam
amino essensial yang cukup untuk
kebutuhan ayam dan sumber dari
lisin dan metionin, tepung ikan
yang tidak rusak karena
pengolahan mengandung energi
metabolis yang cukup tinggi
dibanding dengan bahan-bahan
makanan lainnya yang digunakan
dalam ransum unggas (Wahyu,
1992). Penggunaan dalam
komposisi pakan ternak unggas
mencapai 15%-20% (Murtidjo,
1991). Susunan zat-zat makanan
dapat diperhitungkan sebagai
berikut: 12% air; 53,3% protein;
4,3% BETN; 1% serat kasar; 8,4%
lemak; 20,9 % abu, kadar protein
dapat dicerna 43,2% dan martabat
patinya 61% (Soetisno, 1979).
5.8. Tepung Daun Lamtoro
Tepung daun lamtoro mempunyai
imbangan asam-asam cukup baik
dan kandungan karoten, vitamin
serta mineral terutama kalsium
yang cukup tinggi dengan
kandungan protein kasar 24 – 30 %
dari bahan kering. Hal ini sesuai
pendapat Sulistiyono, H. S, (1976)
yang menyatakan bahwa
kandungan nutrisi daun lamtoro
terdiri atas 13% air; 2,6 % protein;
18,4 BETN; 3,6 % serat kasar; 1%
lemak; 1,4 % abu, kadar protein
yang dapat dicerna 2,1% dan
martabat patinya 81%.
6. Sumber Mineral
Sumber mineral adalah segala
bahan yang mengandung cukup
banyak mineral dan fosfor. Dari
hasil praktikum terdapat bahan
pakan yang masuk dalam kelas ini,
bahan-bahan tersebut antara lain
adalah premik, tepung batu,
tepung tulang dan ultra mineral.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Purbowati dan Rianto (2009) yang
menyatakan bahwa yang termasuk
bahan pakan sumber mineral antar
lain adalah tepung tulang dan
bahan-bahan hasil pertambangan.
Selain itu juga mengandung
kalsiun dan fosfor, dimana sangat
dibutuhkan oleh ternak
untukpertumbuhan dan
pembentukan tulang. Bilaman
ternak kekurangan akan kalsium
dan fosfor ini, maka ternak
pertumbuhan ternak akan
terganggu. Hal ini sesuai pendapat
Alamsyah (2005) yang menyatakan
bahwa Kalsium dan fosfor
merupakan unsure mikro yang
penting karena beberapa alasan
yaitu kalsium dibutuhkan ternak
untuk perumbuhan dan
pembentukan tulang, tubuh ternak
tersusun atas 70%-80% Ca dan P,
kalsium dan fosfor diperlukan
sebagai sumber mineral. Apabila
kekurangan Ca dan P maka efek
yang terjadi pada ternak adalah
pertumbuhan terhambat, produksi
telur dan daging menurun serta
tulang mudah patah. Bahan pakan
yang termasuk dalam sumber
mineral antara lain ultra mineral,
tepung kapur, pasir, garam dan
tepung cangkang kerang.
6.1. Ultra Mineral
Ultra mineral merupakan sumber
mineral untuk pertumbuhan
tulang, gigi, dan jaringan otot serta
reproduksi pada sapi. Mineral blok
juga bemanfaat sebagai bahan
enzim, hormon dan substansi
lainnya yang diperlukan dalam
proses metabolisme.
6.2. Tepung Kapur
Tepung kapur biasanya
digunakan sebagai sumber Ca
dalam pakan unggas. Kandungan
Ca sebesar 33-38 %, sedangkan P
sebesar 0% (Yaman, 2010).
6.3. Pasir
6.4. Garam
Garam digunakan sebagai
sumber Na dan Cl. Penggunaanya
dalam pakan maksimal 0,25%. Jika
kelebihan dapat mengakibatkan
proses ekskresi atau pengeluaran
feses meningkat (Yaman, 2010).
6.5. Tepung Cangkang Kerang
Tepung kerang merupakan
bahan pakan sumber mineral yaitu
kalsium dan fosfor, termasuk dalam
kelas eman dalam klasifikasi bahan
pakan secara internasional yang
mengandung 1,2% BETN, 43,4%
protein kasar, dan 86% bahan
kering.Tepung kerang terbuat dari
kerang yang digiling halus (Hartadi
et all, 1991).
7. Sumber Vitamin
Merupakan bahan pakan yang
cukup banyak mengandung
vitamin. Dari hasil praktikum, tidak
ada satupun bahan pakan yang
masuk dalam kelas ini, sehingga
tidak sesuai dengan pendapat
Purbowati dan Rianto (2009) yang
menyatakan bahwa vitamin banyak
terdapat pada hijauan. Sumber
vitamin yang dimaksudkan disini
termasuk ensilasi dan ragi.
Pemberian vitamin atau bahan
pakan yang mengandung vitamin
yang kurang akan menyebabkan
ternak mudah terserang penyakit.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Alamsyah (2005) yang menyatakan
bahwa apabila kebutuhan vitamin
tidak terpenuhi pada ternak, maka
akan timbul penyakit defisiensi
vitamin. Vitamin ada dua jenis
yaitu vitamin yang larut dalam air
dan vitamin yang tidak larut dalam
air. Bahan pakan yang termasuk
bahan pakan adalah vita chicks,
jeruk nipis.
7.1. Vita Chiks
Vita Chiks adalahvitamin dan anti
biotik untuk anak ayam.
Komposisinyaterdiri dari Baticratin
M D 35 gr, Vitamin A 5.106 iu,
Vitamin D3 5.105 iu, Vitamin E
2500 iu, K3 (Menadione Sodium B1
sulfid) 1 gr, Vitamin B1 2 gr,
Vitamin B2 4 gr, Nicotinic Acid 5
gr, Vitamin B6 1 gr,Vitamin B12 1
mg, Vitamin C 20 gr (Amirudin,
1995).
7.2. Jeruk Nipis
Dalam setiap 100 mg jeruk nipis
mengandung kalori 37,0 kal,
protein 0,80 gr,
Lemak 0,10 gr, karbohidrat 12,30 gr,
kalsium 40,00 mg, fosfor 22,00 mg,
zat besi 0,60
Mg, Vit B1 0,40 mg, Vit C 27,00 mg,
air 86,00 gr, Bdd 76% (Rumana,
2003).
8. Additive
Adalah bahan yang ditambahkan
kedalam ransum dengan jumlah
sedikit dengan tujuan tertentu.
Dari hasil praktikum tidak
ditemukan bahan pakan yang
masuk dalam kelas ini, sehingga
tidak sesuai dengan pendapat
Purbowati dan Rianto (2005) yang
menyatakan bahwa bahan pakan
yang masuk dalam kelas ini
meliputi antibiotik, hormon dan
obat-obatan. Adapun hubungan
antara bahan pakan dengan bahan
additive ini adalah bahwasanya
bahan additive digunakan untuk
meningkatkan kualitas produk. Hal
ini sesuai dengan pendapat
Alamsyah (2005) yang menyatakan
bahwa beberapa informasi penting
untuk bahan tambahan atau
additive sehubungan dengan
pengolaan pakan ternak adalah
bahan additive diberikan atau
ditambahkan ke dalam pakan
dalam jumlah sedikit, bahan
additive ini diperlukan agar
produksi pakan optimal. Bahan
pakan yang termasuk zat aditif
adalah jahe, kunyit, cuka dixsi,
urea, temulawak.
8.1. Jahe
Jahe adalah rimpang jahenya yang
telah berkembang dalam tanah
yang ukurannya semakin besar
seiring pertambahan umur
tanaman dan biasanya digunakan
sebagai zat adifit (Prasetio, 2003).
Rimpang jahe mengandung nutrisi
pati sekitar 58%, protein 8%,
oleoresin 3-5% dan minyak atsiri
1-3% (Rusmana, 2000).
8.2. Kunyit
Kunyit adalah tumbuhan suku
Zingiberaceae marga curcuma.
Banyak digunakan dalam masakan
misal sebagai bumbu penyedap,
pemberi warna kuning dan dapat
membuat makanan lebih awet,
dapat juga digunakan sebagai
obat.Nilai nutrisi kunyit per 78 gr
adalah kalsium 74 gr, fosfor 78 gr,
besi 3,3 mg, kalori 63 Cal, protein 2
gr, karbohidrat 9,1 gr, air 84,9 gr.
8.3. Cuka Dixsi
Asam cuka atau asam asetat
adalah senyawa kimia organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam,
dan aroma dalam makanan. Selain
dapat berfungsi juga sebagai
pengawet bahan makanan. Asam
cuka encer merupakan golongan
asam lemh yang paling aman bagi
tubuh.
8.4. Urea
Urea adalah suatu senyawa organik
yang didalamnya terkandung unsur
carbon, hidrogen, oksigen dan
nitrogen. Pupuk urea berbentuk
butiran yang mencakup kadar
nitrogen minimal 46%, air
maksimal 0,5%, biuret maksimal
1%, untuk bentuk gelintiran kadar
nitrogen minimal 46%, air
maksimal 0,5%, biuret maksimal
2%, berwarna putih, dan bentuk
butiran tidak berdebu.
8.5. Temulawak
Berdasarkan hasil praktikum,
temulawak termasuk zat additif,
memiliki bentuk bongkahan,
berwarna kuning (orange), bau
khas temulawak, rasa pahit serta
mengandung zat antinutrisi
berupa mimosin. Hal tersebut
sesuai dengan pendapet Murtidjo
(1991) yang menyatakan bahwa
temulawak mempunyai warna
kekuningan atau kecokelatan.

28/11/2013

Penyakit dan
Pengobatan Pada Penyakit Ayam .
INFEKSI BAKTERI
Snot/Coryza
Disebabkan oleh bakteri
Haemophillus gallinarum . Penyakit ini
biasanya menyerang ayam akibat
adanya perubahan musim. Perubahan
musim biasanya mempengaruhi
kesehatan ayam. Snot banyak
ditemukan di daerah tropis. Penyakit
ini menyerang hampir semua umur
ayam. Angka kematian yang
ditimbulkan oleh penyakit ini
mencapai 30% tetapi angka
morbiditas atau angka kesakitannya
mencapai hingga 80%. Snot bersifat
kronis, biasanya berlangsung antara
1-3 bulan. Ayam betina berumur
18-23 minggu paling rentan terhadap
penyakit ini. Namun menurut
pengalaman kami, ayam berumur
kurang dari 16 minggu mempunyai
angka kematian yang cukup tinggi jika
terkena penyakit ini. Sedangkan ayam
yang sedang bertelur dapat
disembuhkan tetapi produktivitas
telur menurun hingga 25%.
Penularan Snot dapat melalui kontak
langsung, udara, debu, pakan, air
minum, petugaskandang dan
peralatan yang digunakan.
Dari berbagai referensi yang kami
dapatkan gejala penyakit Snot pada
ayam adalah sbb:
- ayam terlihat mengantuk,
sayapnya turun
- keluar lendir dari hidung, kental
berwarna kekuningan dan berbau
khas
- muka dan mata bengkak akibat
pembengkakan sinus infra orbital
- terdapat kerak dihidung
- napsu makan menurun sehingga
tembolok kosong jika diraba
- ayam mengorok dan s**ar
bernapas
- pertumbuhan menjadi lambat.
Pengobatan Snot yang diberikan
adalah preparat sulfat seperti
sulfadimethoxine atau sulfathiazole,
menurut beberapa penulis penyakit
ini dapat diobati dengan antibiotika
seperti Ultramycin, imequil atau
corivit. Kami menggunakan preparat
enrofloksacyn atau lebih dikenal
dengan Enflox produksi SHS dan saat
ini kami sedang mencoba
menggantinya dengan preparat
amphycillin dan colistin atau lebih
dikenal dengan Amphyvitacol
produksi Vaksindo. Seorang penulis
menyebutkan pengobatan tradisional
juga dilakukan dengan memberikan
susu bubuk yang dicampur dengan
air dan dibentuk sebesar kelereng
sesuai dengan bukaan mulut ayam
dan diberikan 3 kali sehari.
Sedangkan pengobatan tradisional
yang kami lakukan adalah
memberikan perasan tumbukan jahe,
kunir, kencur dan lempuyang. Air
perasan ini dicampurkan pada air
minum. Sedangkan ampasnya kami
campurkan pada sedikit pakan. Selain
ramuan ini menghangatkan tubuh
ayam, ramuan ini juga berkhasiat
untuk menambah napsu makan ayam.
Selain memberikan obat yang
diberikan bersama dengan air minum,
kami juga memberikan obat secara
suntikan pada ayam yang sudah
parah. Obat yang kami berikan
adalah Sulfamix dengan dosis 0.4 cc/
kg BB ayam. Hal lain yang perlu
dilakukan karena penyakit ini
mempunyai penularan yang sangat
cepat dan luas, ayam yang terkena
Snot harus sesegera mungkin
dipisahkan dari kelompoknya.
Upaya pencegahan yang dilakukan
adalah dengan menjaga kebersihan
kandang dan lingkungan dengan baik.
Kandang sebaiknya terkena sinar
matahari langsung sehingga
mengurangi kelembaban. Kandang
yang lembab dan basah memudahkan
timbulnya penyakit ini.
Berak Kapur
atau Pullorum
Berak kapur disebabkan oleh bakteri
Salmonella pullorum. Berak kapur
sering ditemukan pada anak ayam
umur 1-10 hari.
Gejala yang timbul adalah :
- napsu makan menurun
- kotoran encer dan bercampur
butiran-butiran putih seperti kapur
- bulu dubur melekat satu dengan
yang lain
- jengger berwarna keabuan
- badan anak ayam menjadi
menunduk
- sayap terkulai
- mata menutup
Penulis yang lain mengatakan gejala
anak ayam yang terkena berak kapur
selain gejala yang disebutkan di atas,
anaka ayam akan terlihat pucat,
lemah, kedinginan dan s**a
bergerombol mencari tempat yang
hangat.
Berbeda dengan ayam dewasa, gejala
berak kapur tidak nyata benar. Ayam
dewasa yang terkena berak kapur
akan mengalami penurunan
produktivitas telur, depresi, anemia,
kotoran encer dan berwarna kuning.
Pencegahan yang dapat dilakukan
adalah dengan menjaga sanitasi
mulai dari mesin penetasan hingga
sanitasi kandang dan melakukan
desinfeksi kandang dengan
formaldehyde sebanyak 40%. Ayam
yang terkena penyakit sebaiknya
dipisahkan dari kelompoknya,
sedangkan ayam yang parah
dimusnahkan.
Pengobatan Berak Kapur dilakukan
dengan menyuntikkan antibiotik
seperti furozolidon, coccilin, neo
terramycin, tetra atau mycomas di
dada ayam. Penulis lain menyebutkan
pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan preparat sulfonamide.
Berak Hijau
Penyebab penyakit ini belum
diketahui secara pasti, demikian p**a
pengobatannya. Selama ini penyakit
ini diduga disebabkan oleh bakteri
sejenis Salmonella pullorum.
Penularan berak hijau sangat mudah
yaitu melalui kontak langsung
termasuk saat jantan mengawini
betina dan melalui pakan dan
minuman yang terkontaminasi dengan
ayam yang sakit. Pengaruh penyakit
ini dapat sampai ke DOC keturunan
induk yang sakit.
Gejala penyakit ini adalah:
- jengger berwarna biru
- mata lesu
- napsu makan menurun
- sekitar pantat terlihat
memutih dan lengket.
Upaya pencegahan merupakan hal
utama antara lain dengan menjaga
sanitasi kandang, memisahkan antara
ayam yang sakit memberikan pakan
yang yang baik.
Jika ayam yang terinfeksi mengalami
kematian, lebih baik ayam tersebut
dibakar agar bakteri tersebut ikut
mati dan tidak menular ke ayam yang
lain.
Kolera
Penyebab penyakit ini adalah bakteri
Pasteurella gallinarum atau
Pasteurella multocida. Biasanya
menyerang ayam pada usia 12
minggu. Penyakit ini menyerang ayam
petelur dan pedaging. Serangan
penyakit ini bisa bersifat akut atau
kronis. Ayam yang terserang kolera
akan mengalami penurunan
produktivitas bahkan mati. Bakteri ini
menyerang pernapasan dan
pencernaan.
Kolera dapat ditularkan melalui
kontak langsung, pakan, minuman,
peralatan, ma**sia, tanah maupun
hewan lain. Pada serangan akut,
kematian dapat terjadi secara tiba-
tiba.
Sedangkan pada serangan kronis
didapatkan gejala sbb:
- napsu makan berkurang
- sesak napas
- mencret
- kotoran berwarna kuning, coklat
atau hijau berlendir dan berbau
busuk
- jengger dan pial bengkak serta
kepala berwarna kebiruan
- ayam s**a menggeleng-gelengkan
kepala
- persendian kaki dan sayap
bengkak disertai kelumpuhan
- lesi yang didapatkan pada
unggas yang mengalami kematian
pada kolera akut antara lain adalah :
+ perdarahan pintpoint pada
membran mukosa dan serosa dan
atau pada lemak abdominal
+ inflamasi pada 1/3 atas usus
kecil
+ gambaran “parboiled” pada hati
+ pembesaran dan pembengkakan
limpa
+ didapatkan material berbentuk
cream atau solid pada persendian
Diagnosis secara tentative dapat
didirikan atas riwayat unggas, gejala
dan lesi postmortem. Sedangkan
diagnosis definitive didapatkan pada
isolasi dan identifikasi organisme ini.
Tindakan pencegahan sangat penting
dilakukan antara lain dengan
menjaga agar litter tetap kering,
mengurangi kepadatan kandang,
menjaga kebersihan peralatan
kandang dan memberikan vitamin
dan pakan yang cukup agar stamina
ayam tetap terjaga.
Pengobatan kolera dapat dilakukan
dengan menggunakan preparat sulfat
atau antibiotik seperti noxal, ampisol
atau inequil.
Chronic Respiratory Disease (CRD)
atau ngorok
atau Air Sac
atau Sinusitis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Mycoplasma galisepticum. Biasanya
menyerang ayam pada usia 4-9
minggu. Penuluaran terjadi melalui
kontak langsung, peralatan kandang,
tempat makan dan minum, ma**sia,
telur tetas atau DOC yang terinfeksi.
Seorang penulis menyebutkan bahwa
gejala CRD ini mirip dengan Snot
atau Coryza yaitu:
- batuk-batuk
- napas berbunti atau ngorok
- keluar cairan dari lubang
hidung
- nafsu makan turun
- produksi telur turun
- ayam s**a menggeleng-
gelengkan kepalanya
Sedangkan penulis lain mengatakan
gejala yang timbul pada CRD adalah:
- ayam kehilangan napsu makan
secara tiba-tiba dan terlihat lesu
- warna bulu pucat, kusam dan di
beberapa lokasi terjadi perlengketan
terutama di sekitar a**s
- terjadi inkoordinasi saraf
- tinja cair dan berwarna putih
Pencegahan terhadap penyakit ini
dapat dilakukan dengan berbagai
cara, mulai dari cara yang paling
sederhana yaitu tidak membeli DOC
dari produsen yang tidak diketahui
dan melakukan sanitasi kandang.
Pengobatan CRD pada ayam yang
sakit dapat diberikan baytrit 10%
peroral, mycomas dengan dosis 0.5
ml/L air minum, tetraclorin secara
oral atau bacytracyn yang diberikan
pada air minum.
Colibacillosis
Penyebab penyakit ini adalah
Escherichia coli. Problem yang
ditimbulkan dapat infeksi akut berat
dengan kematian yang tiba-tiba dan
angka kematian yang tinggi hingga
infeksi ringan dengan angka kesakitan
dan kematian yang rendah.infeksi
dapat terjadi pada saluran
pernapasan, septicemia atau enteritis
karena infeksi pada gastrointestinal.
Penyakit ini dapat berdiri sendiri
atau diikuti oleh infeksi sekunder.
Infeksi sekunder yang menyertai
penyakit ini adalah Mycoplasma
gallisepticum. Semua umur dapat
terkena penyakit ini, namun yang
paling banyak adalah ayam usia
muda.
Gejala yang ditimbulkan pada
penyakit ini disebabkan oleh toksin
yang dikeluarkan oleh bakteri akibat
pertumbuhan dan multiplikasi. Invasi
primer terjadi pada system
pernapasan dan system
gastrointestinal. Omphalitis atau
infeksi pada anak ayam terjadi karena
penutupan tali pusat yang kurang
baik atau karena invasi bakteri
melalui cangkang telur pada saat
inkubasi.
Berikut ini gejala yang timbul pada
penyakit ini adalah:
- napsu makan menurun
- ayam lesu dan tidak
bergairah
- bulu kasar
- sesak napas
- kotoran banyak menempel di
a**s
- diare
- batuk
Pada septicemia akut dapat
menyebabkan kematian yang tiba-
tiba.
Pada pembedahan akan didapatkan:
- dehydrasi
- bengkak dan kongesti pada hati,
limpa dan ginjal
- perdarahan pinpoint pada organ
viscera
- eksudat fibrinous pada kantung
udara, kantung jantung dan
permukaan jantung, hati dan paru
(sangat karakteristik)
- usus menipis dan inflamasi serta
mengandung mucous dan area
perdarahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan
menjaga sanitasi kandang seperti
menjaga ventilasi udara, litter yang
terjaga kebersihannya, secara teratur
melakukan desinfeksi terhadap
peralatan dan fasilitas lainnya. Hal
yang tidak kalah pentingnya adalah
menjaga kualitas pakan dan air
minum, kepadatan kandang harus
diperhatikan, penanganan mesin
penetas telur dan menjauhkan ayam
dari stress yang dapat menurunkan
daya tahan tubuh.
Pengobatan Colibasillosis dapat
dilakukan dengan obat-obat sulfa,
neomisin, streptomisin dan
tetrasiklin. Meskipun demikian,
menurut info yang lain dikatakan
pengobatan penyakit ini cenderung
susah dan tidak menentu.
INFEKSI VIRAL
Tetelo
Newcastle Disease (ND)
Sampar Ayam
Pes Cekak
ND merupakan infeksi viral yang
menyebabkan gangguan pada saraf
pernapasan. Penyakit ini disebabkan
oleh virus Paramyxo dan biasanya
dikualifikasikan menjadi:
a. Strain yang sangat berbahaya
atau disebut dengan Viscerotropic
Velogenic Newcastle Disease (VVND)
atau tipe Velogenik, tipe ini
menyebabkan kematian yang luar
biasa bahkan hingga 100%.
b. Tipe yang lebih ringan disebut
degan “Mesogenic”. Kematian pada
anak ayam mencapai 10% tetapi ayam
dewasa jarang mengalami kematian.
Pada tingkat ini ayam akan
menampakangejala seperti gangguan
pernapasan dan saraf.
c. Tipe lemah (lentogenik)
merupakan stadium yang hampir
tidak menyebabkan kematian. Hanya
saja dapat menyebabkan
produktivitas telur menjadi turun dan
kualitas kulit telur menjadi jelek.
Gejala yang tampak tidak terlalu
nyata hanya terdapat sedikit
gangguan pernapasan.
ND sangat menular, biasanya dalam
3-4 hari seluruh ternak akan
terinfeksi. Virus ini ditularkan melalui
sepatu, peralatan, baju dan burung
liar.
Pada tahap yang mengenai
pernapasan maka virus akan
ditularkan melalui udara. Meskipun
demikian pada penularan melalui
udara, virus ini tidak mempunyai
jangkauan yang luas. Unggas yang
dinyatakan sembuh dari ND tidak
akan dinyatakan sebagai “carrier” dan
biasanya virus tidak akan bertahan
lebih dari 30 hari pada lokasi
pemaparan.
Gejala yang nampak pada ayam yang
terkena penyakit ini adalah sebagai
berikut :
- excessive mucous di trakea
- gangguan pernapasan dimulai
dengan megaop-megap, batuk, bersin
dan ngorok waktu bernapas
- ayam tampak lesu
- napsu makan menurun
- produksi telur menurun
- mencret, kotoran encer agak
kehijauan bahkan dapat berdarah
- jengger dan kepala kebiruan,
kornea menjadi keruh, sayap turun,
otot tubuh gemetar, kelumpuhan
hingga gangguan saraf yang dapat
menyebabkan kejang-kejang dan
leher terpuntir.
Penanggulangan penyakit ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara
yaitu :
- ayam yang tertular harus
dimusnahkan.
- vaksinasi harus dilakukan untuk
memperoleh kekebalan. Jenis vaksin
yang kami gunakan adalah ND Lasota
yang kami beli dari PT. SHS. Vaksinasi
ND yang pertama, kami lakukan
dengan cara pemberian melalui tetes
mata pada hari ke 2. Untuk
berikutnya pemberian vaksin kami
lakukan dengan cara suntikan di
intramuskuler otot dada.
- untuk memudahkan untuk
mengingat mengenai waktu
pemberian vaksin, seorang penulis
menyarankan agar memberikan vaksin
ini dengan pola 444. maksudnya
vaksin ND diberikan pada ayam yang
berumur 4 hari, 4 minggu, 4 bulan
dan seterusnya dilakukan 4 bulan
sekali. Namun kami mempunyai
sedikit perbedaan dengan jadwal
pola 444.(lihat jadwal pemberian
vaksin modifikasi kami)
Pencegahan yang harus dilakukan
oleh para peternak mengingat
penyakit ini sangat infeksius adalah
sebagai berikut:
- memelihara kebersihan kandang
dan sekitarnya. Kandang harus
mendapat sinar matahari yang cukup
dan ventilasi yang baik.
- memisahkan ayam lain yang
dicurigai dapat menularkan penyakit
ini.
- memberikan ransum jamu yang
baik.
Gumoro
Infectious Bursal Disease
Penyakit ini menyerang kekebalan
tubuh ayam, terutama bagian fibrikus
dan thymus. Kedua bagian ini
merupakan pertahanan tubuh ayam.
Pada kerusakan yang parah, antibody
ayam tersebut tidak terbentuk.
Karena menyerang system kekebalan
tubuh, maka penyakit ini sering
disebut sebagai AIDSnya ayam. Ayam
yang terkena akan menampakan
gejala seperti gangguan saraf,
merejan, diare, tubuh gemetar, bulu
di sekitar a**s kotor dan lengket
serta diakhiri dengan kematian ayam.
Virus yang menyebabkan penyakit ini
adalah virus dari genus Avibirnavirus.
Di dalam tubuh ayam, virus ini dapat
hidup hingga lebih dari 3 bulan,
kemudian akan berkembang menjadi
infeksius. Gumoro memang tidak
menyebabkan kematian secara
langsung pada ayam, tetapi infeski
sekunder yang mengikutinya akan
menyebabkan kematian dengan cepat
karena kekebalan tubuhnya tidak
bekerja.
Seorang penulis menyebutkan bahwa
gumoro menyerang anak ayam pada
usia 2 – 14 minggu dengan gejala
awal sbb:
- napsu makan berkurang
- ayam tampak lesu dan
mengantuk
- bulu tampak kusam dan biasanya
disertai dengan diare berlendir yang
mengotori bulu pantat
- peradangan di sekitar dubur dan
kloaka.biasanya ayam akan mematoki
duburnya sendiri.
- jika tidur, paruhnya menempel di
lantai dan keseimbangan tubuhnya
terganggu.
Sedangkan penulis yang berbeda
menyebutkan gejala gumoro adalah
sbb:
- diare berlendir
- nafsu makan turun
- gemetar dan s**ar berdiri
- bulu di sekitar a**s kotor
- ayam s**a mematuk di sekitar
kloaka
Penulis yang lain menyebutkan bahwa
gumoro dapat dibagi 2 yaitu gumoro
klinik dan sub klinik. Gumoro klinik
menyerang anak ayam berumur 3-7
minggu. Pada fase ini serangan
terhadap kekebalan tubuh ayam
tersebut hanya bersifat sementara
antara 2-3 minggu. Gumoro subklinik
menyerang anak ayam berumur 0-3
minggu. Penyakit ini paling
menakutkan karena kekebalan tubuh
ayam dapat hilang secara permanen,
sehingga ayam dengan mudah
terserang infeksi sekunder.
Gumoro menyebar melalui kontak
langsung, air minum, pakan, alat-alat
yang sudah tercemar virus dan udara.
Yang sangat menarik adalah gumoro
tidak menular dengan perantaraan
telur dan ayam sudah sembuh tidak
menjadi “carrier”. Upaya
penanggulangan gumoro ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu
vaksinasi, menjaga kebersihan
lingkungan kandang.
Bronchitis
Infectious Bronchitis
Penyakit ini disebabkan oleh Corona
virus yang menyerang system
pernapsan. Pada ayam dewasa
penyakit ini tidak menyebabkan
kematian, tetapi pada ayam berumur
kurang dari 6 minggu dapat
menyebabkan kematian. Informasi
yang lain menyebutkan bahwa ayam
yang terserang penyakit ini dan
berumur di bawah 3 minggu,
kematian dapat mencapai 30-40%.
Penularan dapat terjadi melalui
udara, peralatan, pakaian. Virus akan
hidup selama kurang 1 minggu jika
tidak terdapat ternak pada area
tersebut. Virus ini mudah mati
karena panas atau desinfektan.
Gejala penyakit IB ini sangat sulit
untuk dibedakan dengan penyakit
respiratory lainnya. Secara umum
gambaran penyakit tersebut adalah:
- batuk
- bersin
- rattling
- susah bernapas
- keluar lendir dari hidung
- terengah-engah
- napsu makan menurun
- gangguan pertumbuhan
- pada periode layer akan
didapatkan produksi telur yang
sangat turun hingga mendekati zero
dalam beberapa hari, butuh waktu
sekitar 4 minggu agar ayam kembali
berproduksi, bahkan beberapa
diantaranya tidak akan kembali ke
normal. Telur yang dihasilkan akan
berukuran kecil, cangkang telur lunak,
bentuk telur menjadi irregular.
Sanitasi merupakan factor pemutus
rantai penularan penyakit karena
virus tersebut sangat rentan
terhadap desinfektan dan panas.
Pencegahan lain yang sangat umum
dilakukan adalah dengan memberikan
vaksinasi secara teratur.
Avian Pox
Avian pox mempunyai daya sebar
yang relatif lambat. Avian pox
disebabkan oleh minimal 3 strain
atau tipe yaitu: fowl pox virus (virus
cacar pada unggas), pigeon pox virus
(virus cacar pada burung dara) dan
canary pox virus (virus cacar pada
burung kenari). Biasanya cacar yang
terjadi pada ayam disebabkan oleh
fowl pox virus. Virus ini dapat
ditularkan secara langsung maupun
tidak langsung. Virus ini sangat
resisten pada keropeng yang kering
dan dalam beberapa kondisi dapat
hidup hingga beberapa bulan. Virus
ini dapat ditransmisikan melalui
beberapa spesies nyamuk. Nyamuk ini
akan membawa virus yang infeksius
ini setelah nyamuk tersebut
menggigit unggas yang terinfeksi.
Meskipun fowl pox penyebarannya
relatif lambat, kawanan unggas ini
dapat berpengaruh selama beberapa
bulan. Perjalanan penyakit ini
memerlukan waktu sekitar 3-5
minggu.
Gejala yang didapatkan pada
penyakit ini adalah:
- pertumbuhan yang lambat pada
unggas muda
- telur menurun pada periode
layer
- kesulitan bernapas dan makan
- dry pox, dimulai dari “small
whitish foci” dan kemudian
berkembang menjadi “wart-like
nodules”. Nodule tersebut kemudian
akan mengelupas dalam proses
penyembuhan. Lesi ini biasanya
terlihat pada bagian tubuh yang
tidak berbulu seperti lubang telinga,
mata , jengger, pial dan kadang-
kadang ditemukan di kaki.
- wet pox diasosiasikan dengan
cavitas oral dan traktus respiratorius
bagian atas, terutama pada laryng
dan trakea.
Langkah pencegahan yang utama
adalah memberikan vaksinasi pada
ayam. Pemberian vaksinasi dilakukan
dengan melakukan penus**an pada
sayap dengan jarum khusus.
Marek (Visceral Leukosis)
Disebabkan oleh virus tipe DNA yang
tergolong herpes tipe B. Marek
diidentikan dengan penyakit anak
ayam, meskipun demikian penyakit ini
juga dapat menginfeksi ayam yang
lebih tua. Anak ayam terserang
adalah kelompok umur 3-10 minggu.
Umur 8-9 minggu merupakan umur
yang paling rawan. Penularan dapat
terjadi secara kontak langsung,
kotoran ayam, debu dan peralatan
kandang.
Marek dapat menimbulkan beberapa
variasi gejala klinis, antara lain:
- Marek tipe visceral
Ditandai dengan lesi pada g***d,
hati, limpa, ginjal dan kadang-kadang
pada jantung, paru dan otot. Penyakit
ini biasanya akut, rupanya unggas
yang sehat akan mengalami kematian
secara cepat dengan tumor internal
yang masif.
- Marek tipe neural
Ditandai dengan kelumpuhan yang
progresif pada sayap, kaki dan leher.
Penurunan berat badan, anemia,
kesulitan bernapas dan diare
merupakan gejala yang sering
ditemukan .
- Ocular leucosis atau “gray eye”
Morbiditas dan mortalitas biasanya
sangat kecil tetapi disebutkan
mendekati 25%. Gejalanya
dikarakteristikan dengan spotty
depigmentation atau diffuse graying
pada iris mata. Pupil mata berbentuk
irregular dan gagal bereaksi terhadap
cahaya. Diare berat dan kematian.
- Skin leukosis
Pembesaran folikel bulu karena
akumulasi limfosit.
Pencegahan dapat dilakukan dengan
memberikan vaksinasi pada DOC
berumur 1 hari dengan vaksin
Cryomarex HVT atau Cryomarex
Rispens.Ayam yang terinfesi
sebaiknya dimusnahkan agar tidak
menularkan ke ayam yang sehat.
INFEKSI PROTOZOA
Berak Darah/ Koksidiosis
Berak darah atau sering disebut
dengan koksidiosis disebabkan oleh
protozoa dari genus Eimeria.
Penularan penyakit ini dapat melalui
kontak secara langsung maupun tidak
langsung seperti kontak dengan
droplet dari unggas yang terinfeksi.
Pada saat unggas memakan koksidia,
organisme ini akan menginvasi usus
dan mengakibatkan kerusakan dan
kemudian mulai berkembang biak.
Beberapa minggu setelah terjadinya
infeksi, koksidia akan berubah
menjadi oocyst. Oocyst masih belum
cukup matur, meskipun oocyst
terdapat pada droplet, oocyst ini
tidak dapat menginfeksi unggas lain
kecuali ia berkembang (sporulasi)
menjadi bentuk yang lebih matang di
litter. Bentuk inilah yang dapat
menyebabkan infeksi pada unggas.
Berat tidaknya penyakit ini
tergantung dari jumlah protozoa yang
termakan. Di dalam peternakan,
penyakit ini sangat mudah ditularkan
melalui alas kaki, baju, burung liar,
peralatan, tempat pakan, serangga
atau rodent.
Gejala yang timbul pada penyakit ini
adalah sbb:
- kotoran lembek cenderung cair
dan berwarna coklat kehitaman
kerena mengandung darah
- pertumbuhan terhambat
- napsu makan menurun
- pada pembedahan ayam yang
mengalami kematian akibat penyakit
ini akan ditemukan pada usus
besarnya akan bengkak berisi darah.
Pencegahan dapat dilakukan dengan
cara memberikan vaksinasi pada
ayam pada usia 4 hari. Biasanya kami
akan memberikan vaksinasi ini
dengan melakukan penyemprotan
pada pakan. Selain itu harus
dilakukan sanitasi yang baik pada
kandang DOC. Pilihlah pakan yang
sudah mengandung koksidiostat
( preparat pembunuh protozoa
Eimeria).
INFEKSI PARASIT
Cacingan
Worm Disease
Cacingan pada ayam dapat
disebabkan oleh:
- Ascaridia galli
Infeksi cacing ini terutama menyerang
ayam usia 3-4 bulan. Spesimen dari
parasit ini kadang-kadang ditemukan
dalam telur. Cacing ini berpindah
tempat dari usus ke oviduct dan
dapat masuk ke dalam telur pada
saat pembentukan telur tersebut.
Cacing dewasa mudah dilihat dengan
mata telanjang karena panjang cacing
dewasa mencapai ½ hingga 3 inchi.
Riwayat hidup cacing ini sangat
simple. Cacing betina akan meletakan
telurnya di usus unggas yang
terinfeksi dan akan ikut dikeluarkan
bersama tinja. Embrio akan terus
berkembang dalam telur tersebut
meskipun tidak akan langsung
menetas. Larva dalam telur mencapai
stadium infektif dalam 2-3 minggu.
Telur yang mengandung embryo ini
sangat tahan banting bahkan dalam
kondisi laboratorium dapat bertahan
hingga 2 tahun, sedangkan dalam
keadaan biasa akan tetap bertahan
hingga 1 tahun bahkan lebih. Hal
yang penting di sini adalah
desinfektan yang digunakan pada
peternakan tidak dapat membunuh/
merusak telur. Unggas akan terinfeksi
jika memakan telur cacing ini.
Unggas yang terinfeksi oleh cacing ini
akan terlihat lesu, diare dan kurus.
Kerusakan utama yang ditimbulkan
adalah penurunan efisiensi pakan,
namun kematian hanya timbul pada
infeksi yang sangat berat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan
melakukan sanitasi kandang dengan
baik dan pemisahan ayam
berdasarkan umur. Bersihkan
kandang sebersih mungkin jika
kandang akan digunakan untuk
pop**asi ayam yang baru.Sedangkan
obat yang digunakan adalah preparat
piperazine yang hanya dapat
memutus rantai penularan dengan
membunuh cacing dewasa. Preparat
yang biasa kami gunakan dan kami
berikan tiap 4 minggu adalah
Piperavaks produksi dari Vaksindo.
Pemberian obat ini cukup
dicampurkan pada air minum.
- Heterakis gallinae
Parasit ini tidak menimbulkan akibat
yang serius pada kesehatan ayam.
Minimal tidak menimbulkan gejala
atau patologi yang signifikan. Cara
penularan cacing ini sama dengan
Ascaris. Namun telur yang
mengandung larva akan infektif
dalam 2 minggu. Dalam cuaca yang
dingin akan membutuhkan waktu
yang lebih panjang. Parasit ini dapat
dibasmi dengan fenbendazole.
- Capillaria annulata atau
Capllaria contorta
Cacing ini sering ditemukan pada
esophagus dan tembolok. Parasit ini
menyebabkan penipisan dan
inflamasi pada mukosa. Pada system
gastrointestinal bagian bawah, dapat
ditemukan beberapa spesies parasit
tetapi biasanya adalah Capillaria
obsignata.
Berbeda dengan cacing yang lain,
pembentukan embryo memakan waktu
6-8 hari dan akan sangat infeksius
untuk peternakan. Kerusakan
terparah akan terjadi pada 2 minggu
setelah infeksi. Parasit ini akan
menimbulkan inflamasi berat dan
kadang-kadang terjadi perdarahan.
Erosi pada usus akan menyebabkan
kematian. Problem yang sering
ditimbulkan oleh parasit ini adalah
penurunan pertumbuhan, penurunan
produksi dan fertilitas.
Sanitasi yang baik merupakan kunci
pencegahan yang utama. Pemberian
vitamin A dapat memberikan nilai
tambah. Parasit ini dapat dibasmi
dengan menggunakan fenbendazole
atau leviamisole.
Secara umum, seorang penulis
menggambarkan gejala penyakit
cacingan pada ayam adalah sbb:
- tubuh ayam menjadi kurus
- nafsu makan berkurang
- sayap kusam dan terkulai
- kotoran encer, berlendir berwarna
keputihan dan kadang berdarah
- pertumbuhan lamban
Penanggulangan yang dapat
dilakukan secara umum adalah:
- sanitasi kandang dengan
desinfektan
- pemberian Caricid pada umur
4-6 minggu dengan dosis 30 ml/3
liter air untuk 100 ekor ayam. Umur
lebih dari 6 minggu diberi dosis 6
ml/10 L air untuk 100 ekor ayam
- campurkan premix 2.4% ke dalam
makanan dengan dosis 2.5 kg/kg

Address

Wedilelo Rt. 32 Rw. 07 Karangduren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang JAWA TENGAH. 50
Tengaran
50775

Telephone

8562520127

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when AWW Breeding Farm.451 posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share

Category


Other Pet Services in Tengaran

Show All